Doa Haru Anak Kelas 4 Sekolah Dasar Kepada Sahabatnya

Berikut ini adalah kisah nyata yang kami posting agar bisa membangkitkan iman Anda kepada Tuhan Yesus.

Andoy seorang anak kecil yang duduk di kelas 4 SD, dia tinggal di desa Milaor, Camaraises Sur, Filipina. Andoy anak yang selalu mengucap syukur dalam kondisi apapun. Tiap hari untuk sampai di sekolah, dia harus berjalan kaki melewati daerah yang tanahnya berbatu, juga menyebrangi jalan raya berbahaya di mana banyak kendaraan yang beralu lalang. Tiap kali berhasil menyeberangi jalan tersebut, Andoy tak lupa mampir sebentar ke Gereja untuk berdoa.



Ilustrasi Foto oleh David Castillo Dominici di Freedigitalphotos.net
Kebiasaan Andoy datang berdoa ke gereja diamati oleh Pdt. Agaton. Pendeta terharu dengan sikap Andoy yang lugu serta beriman tersebut. Suatu hari ketika Andoy hendak masuk ke Gereja, Pendeta menyapanya.

Terjadilah dialog seperti berikut ini:

Pdt. Agaton: "Selamat pagi Andoy, apa kabarmu? Apakah kamu akan ke sekolah?"

Andoy: Ya, Bapak Pendeta!" balas Andoy sambil tersenyum. 

Pdt. Agaton: "Mulai sekarang saya akan membantu dan menemani kamu menyeberangi jalan raya tersebut setiap kali kamu akan menyebarang."

Andoy: Terima kasih, Bapak Pendeta."

Pdt. Agaton: "Sekarang apa yang akan kamu lakukan?"

Andoy: "Aku hanya ingin menyapa Tuhan Yesus.... Sahabatku."

Pendeta segera meninggalkan Andoy bersama dengan Tuhan sahabatnya. Namun, pendeta Agaton bersembunyi di balik altar mendengarkan Andoy.

Inilah percakapan Andoy bersama Sahabatnya:


"Tuhan, Engkau tahu, ujian matematikaku kemarin sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek, walaupun teman-temanku melakukannya. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan nanti tinggal kue ini.Terima kasih buat kue ini Tuhan! Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang satu lagi sehingga ini yang terakhir. Lihat, ini sepatuku yang terakhir. Mungkin minggu depan aku harus berjalan tanpa sepatu. Engkau tahu Tuhan sepatu ini akan rusak, tapi tak apa-apa. Yang terpenting aku tetap dapat pergi ke sekolah.

TuhanKu kata orang-orang kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, karena itu beberapa temanku sudah berhenti sekolah. tolong bantu mereka supaya bisa sekolah lagi.

Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Sakit sekali, tetapi aku bersyukur karena masih memiliki seorang ibu. Rasa sakit ini pasti akan hilang. Lihatlah lukaku ini Tuhan… Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya. Di sini bekas lukanya (Andoy memegang bekas lukanya). Tolong jangan marahi Ibuku. ya… Memang dia sedang lelah dan khawatir memikirkan kebutuhan makanan, juga biaya sekolahku. Itulah alasan dia memukulku.

Oh ya.. Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik di kelasku, menurutMu apakah dia akan menyukaiku?

Ah…. Bagaimanapun juga aku tahu bahwa Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak perlu menjadi siapa pun untuk menyenangkan hatiMu. Engkau adalah Sahabatku.

Hei.. Tuhan temanku, ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? (hari itu tanggal 23 Desember). Tunggu saja aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan, dan aku harap Engkau menyukainya. Ooops aku harus pergi sekarang. Selamat siang.”

Kemudian Andoy segera berlari keluar dan memanggil Pendeta Agaton.

Andoy : “Pak Pendeta.. Pak Pendeta… Aku sudah selesai berbicara dengan Sahabatku, Tuhan Yesus, sekarang Bapak bisa menemaniku menyeberang jalan!."

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andoy tidak pernah absen.

Pendeta Agaton berbagi kebiasaan Ando kepada jemaat Gereja setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat iman dan kepercayaan yang murni kepada Allah dan bersyukur saat situasi yang sulit terjadi seperti yang dimiliki Andoy.

Saat hari Natal tiba, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin ibadah gereja dan dirawat di rumah sakit. Pengelolaan beberapa kegiatan di Gereja, dia serahkan kepada empat wanita tua yang tidak pernah tersenyum. Mereka selalu menyalahkan segala sesuatu yang diperbuat orang lain.

Hari itu tanggal 25 Desember ketika empat wanita tua tadi sedang berada di Gereja, tiba-tiba masuklah Andoy dan hendak menyapa Sahabatnya.

Andoy: “Halo Tuhan… Aku …"

Empat Wanita : “Kurang ajar kamu bocah! Apakah matamu tidak melihat kami sedang berdoa?Keluar!.”

Andoy begitu terkejut, karena dia tidak pernah diusir oleh Pendeta Agaton.

Andoy berkata dalam hatinya: “Di mana Bapak Pendeta? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya. Dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Sahabatku, hari ini adalah hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya.”

Ketika Andoy hendak mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerah bajunya dan mendorongnya ke luar. Andoy sedih, bingung dan setelah berpikir sebentar, dia tidak mempunyai pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya tersebut.

Di situ ada sebuah tikungan yang tidak terlihat pandangan. Sebuah bus melaju dengan kencang dan Andoy mulai menyeberang sambil melindungi hadiah tadi dalam bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tadi. Tiba-tiba brakkk … (terdengar bunyi gaduh dan bus tadi berhenti mendadak). Apa yang terjadi? Ternyata, karena tidak bisa menghindari bus besar tadi, Andoy tertabrak dan tewas seketika. Orang-orang di sekitar tempat itu berlarian dan mengelilingi tubuh Andoy yang sudah tak bernyawa.

Sedih! Saat itu entah dari mana munculnya, tiba-tiba datang seorang Pria berjubah putih dengan wajah yang lembut namun penuh dengan air mata. Ia memeluk tubuh Andoy dan menangis.

Orang-orang pun heran, mereka penasaran lalu bertanya.

Orang-orang : ” Maaf Tuan, apakah Anda keluarga bocah malang ini? Apakah Anda mengenalnya?”

Dengan hati yang berduka Dia segera berdiri dan berkata : “Anak ini namanya Andoy, Dia adalah sahabat-Ku.”

Lalu diambil-Nya bungkusan hadiah dari dalam baju Andoy dan menaruh di dada-Nya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh Andoy. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran.

Malam itu, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia kemudian berkunjung ke rumah Andoy. Ketika Pendeta Agaton bertemu dengan orangtua Andoy, dia bertanya, “Bagaimana Anda mengetahui putera Anda meninggal?” Ibu Andoy menjawab sambil menyeka air matanya, “Seorang Pria berjubah putih yang membawanya kemari.” Pendeta Agaton bertanya lagi, “Apa katanya?”

“Dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenal-Nya namun Dia terlihat sedih, sepertinya Dia mengenal Andoy dengan baik. Tetapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai diri-Nya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia membelai rambut Andoy dan mencium kening-Nya kemudian Dia membisikkan sesuatu,” Jawab ayah Andoy.

Pendeta Agaton, “Apa katanya kemudian?”

Ayah Andoy menjawab, di depan Andoy dia berkata, “Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersama-Ku.” Sang Ayah melanjutkan, “Anda tahu kemudian. Semuanya itu terasa begitu indah. Aku menangis karena bahagia. Aku tidak dapat menjelaskannya, ketika Dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi Pak Pendeta tolonglah katakan siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? Anda pasti mengenalnya karena anda selalu berada di sana setiap hari, kecuali hari ini saat puteraku meninggal.

Tiba-tiba air mata Pendeta Agaton menetes di pipinya, dengan lutut gemetar Pendeta Agaton berbisik, “Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa, kecuali dengan Tuhan Yesus.”

Andoy memiliki hati yang selalu bersyukur. Walaupun situasi hidup yang dialaminya sulit, dia selalu bergembira sebab dia tahu Tuhan Yesus sahabatnya selalu mengasihi dia. Melalui peristiwa tabrakan tadi Tuhan Yesus datang menjemputnya ke sorga.

Sumber: Status facebook Kristen, Kompasiana

0 Response to "Doa Haru Anak Kelas 4 Sekolah Dasar Kepada Sahabatnya"

Posting Komentar